Minggu, 17 Oktober 2010

Anggrek Ungu

awalnya mega-mega biru.

rebah cahaya ke ruang jingga.

anggrek ungu cuma satu kata yang membisu.

masih terseduh di cakrawala.

malam dirajam gerimis muram.

bintang berebut sunyi ke bait rindu.

tetes tetes hujan layaknya virus jalanan.

menyeret tiap jendela sepi ke dalam deru.

satu dua jalur mengubur kelam. semburat cahaya timur jingga meraya. memulai hitungan jarak meluncur pelan. jangan biarkan subuhmu mesra kehilangan selera.

bukan kegelapan yang nyelinap ke dalam
subuhmu. tetapi abjad dunia yang pernah terucap di sebuah pagi. bukan kepergian menyesali dirimu. tetapi bayangan wajahmu yang terus melekat di hati.

kabut lengang berbisik mengalam pikiran. merayap kelu ayat ayat bisu di relung hati. kulihat dirimu di antara bayang-bayang kekerdilan. hingga setitik cahaya mulai tercemar dalam peradaban maknawi.

beberapa menit kemudian rembulan menimang rindu. menitipkan asa dan frasa malam kepada cemara yang bisu. semakin jauh kautinggalkan, semakin berat kerinduan yang membebani pikiran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar